Suatu hari, seorang teman, yang sering kita juluki sekuler, memimpin rapat. Kita juluki dia sekuler, karena amat jarang bahkan tidak pernah kita melihatnya menjalankan ibadah ritual, misal shalat.Azan Ashar berkumandang. Kami berpandangan. Biasanya ia akan cuek, terus saja rapat. Kalau ada yang pamit shalat, biasanya ia nyeletuk, "Titip salam, ya ...!!" Sungguh menyakitkan hati. Kami kalau mau shalat, ya sudah, shalat saja.
"KIta break dulu,ya ... Lima belas menit."
Sungguh.... kami terpana melihatnya menanggalkan sepatu, memakai sendal dan meninggalkan ruangan. Tak berapa lama, ia kembali. Rambutnya masih basah oleh air ......
Ya, Allah !! Barusan ia baru shalat.
Tahu ia bahwa kami semua "bengong", ia lalu berkata, " Yang harus disyukuri adalah si ...., (sebut saja Fulan)"
Kami agak bingung. Si Fulan, mahasiswa dengan IPK pas-pasan. Dua lebih dikit. Yang selalu tampil sedih. Yang selalu diam saja, tidak pernah bicara. Yang selalu mengantuk di kelas. Cuma, memang ia mudah menolong orang. Jarang ia menolak permintaan orang
Si sekuler, anak orang berduit ini, ternyata berbagi tempat kos dengan si Fulan. Buat si sekuler, ia butuh tempat tinggal yang dekat dengan kampus, karena rumahnya jauh di selatan. Dan dia butuh orang yang bisa ngurus rumah, karena dia serampangan, dan mana bisa bikin-bikin air pun. Anak orang kaya.
Si sekuler sendiri tergerak hatinya buat menolong si Fulan, yang waktu itu kelabakan karena nggak bisa memperpanjang tempat kos-nya. Jadilah, mereka berbagi ..... Masing-masing jalani jalurnya masing-masing....
Suatu malam, si sekuler terbangun. Kaget ia melihat si Fulan sedang shalat dengan sangat khusyu..... tapi berdiam-diam, karena tak mau mengganggu tidur si sekuler.
Gila .... Apa yang sudah sekuler jalani. Ia begitu terpesona melihat nikmatnya si Fulan shalat. "Gue pingin alami apa yang si Fulan alami."
Rupanya, sejak itu dia belajar shalat. Tadinya dia nggak bisa. Dia mulai belajar ngehafal surat, dsb. Dia baru sadar bahwa tiap subuh, si Fulan selalu bangun, dan shalat diam-diam tanpa menggangu tidur si sekuler.
Buat Fulan, si sekuler adalah rahmat baginya.
Bayangin aja, kalau dia kehilangan tempat kos, ya sudah, kemungkinan besar dia berhenti kuliah. Kepaksa pulang kampung. Jadi, dalam setiap shalat, nggak pernah dia lupa mensyukuri apa yang sudah diperbuat oleh si sekuler.
Si sekuler juga baru tahu bahwa si Fulan itu ternyata bukannya bodoh. Kalau orang tiap hari kelimpungan, nggak yakin bisa makan, nggak pernah punya buku, ... mana bisa dia belajar bener.
Buat si sekuler, kesederhanaan dan keihlasan si fulan mendada segala hal, dengan penuh syukur, membuatnya nggak berkutik.
" Gile, gue nggak mau kehilangan temen kayak gini ..."
Kami yang juga jadi terpana. Si Fulan jadi seperti orang lain. Dengan diam, ia menggetarkan seorang teman yang buat kami paling atheis. Diamnya adalah dakwah .....
Kami ... Wah, berapa banyak kami mengutuk si sekuler...." Dasar sekuler..." "Shalat dong, nanti
kamu keburu mati " dst. dst ...... Semuanya nggak mempan buat dia, tapi Fulan .....
Buat saya, saya jadi sadar, dakwah itu bukan dengan kata-kata. Kalau kamu betul hidup dalam Islam, keislaman-mu akan terpancar keluar dan itu akan mengajak orang untuk kembali ke Islam
Wallahualam,
1 comments:
subhanallah....!! ^_^
'kalau kamu betul hidup dalam Islam, keislaman-mu akan terpancar keluar dan itu akan mengajak orang untuk kembali ke Islam'
Posting Komentar