Seketika itu juga Abu Nawas menyadari apa yang terjadi.
Ia lalu menjelaskan kejadian yang sebenarnya dari awal hingga akhir.
Orang-orang pun percaya pada penuturan Abu Nawas. Sebab, selama ini Abu Nawas
dikenal sebagai orang yang jujur dan berbudi pekerti baik.
Setelah orang kampung meninggalkan rumahnya, Abu Nawas
pun bermaksud untuk mengembalikan terompah ajaib itu kepada pedagangnya di
pasar. Setelah berpamitan pada istrinya, ia segera pergi ke pasar untuk menemui
si pedagang terompah tersebut. Tak lama kemudian, sampailah ia di pasar dan
menemukan pedagang tersebut.
"Assalamu'alaikum", ucap Abu Nawas memberi salam.
"Wa'alaikumussalam", jawab si pedagang,
"Kabar jelek. Aku selalu ditimpa kemalangan,"
jawab Abu Nawas.
"Ditimpa kemalangan bagaimana?" tanya pedagang
itu penasaran.
"Gara-gara terompah ini, aku terus-menerus ditimpa
kemalangan. Padahal, dulu Engkau mengatakan bahwa terompah ini bisa
mendatangkan keberuntungan. Aku bisa menjadi orang terkenal dan kaya, tetapi
mana buktinya? Malah aku sering kena marah orang kampung karena terompah
ini."
Kemudian ia menceritakan beberapa kejadian yang
menimpanya.
"Seingat saya, saya tidak pernah mengatakan seperti
itu tuan?" sergah si pedagang tua itu. "Saya mengatakan bahwa bila
Tuan mulanya orang yang tidak punya, maka dengan membelinya, Tuan akan menjadi
orang yang punya. Buktinya sekarang Tuan telah mempunyai terompah ini dan
dikenal oleh orang banyak karena memilikinya."
Mendengar penuturan pedagang itu, Abu Nawas hanya bisa
diam saja. Ia menyadari bahwa dirinya telah salah tafsir.
"Tapi…tapi…mengapa terompah ini Engkau katakan terompah ajaib?" tanya
Abu Nawas kemudian.
"Oh, itu?" pedagang tersebut menjawab,
"Sebab merek terompah itu adalah Ajaib, sebagaimana dinamakan oleh
pembuatnya. Jadi, pantaslah bila saya menyebutnya terompah ajaib, sebagaimana
kita menyebut ikan ikan mas. Sebab ikan itu berwarna keemasan."
Sekali lagi Abu Nawas tidak bisa berkata apa-apa mendengar
penuturan pedagang itu. Lantas ia mohon diri begitu saja. "Tapi, tunggu
tuan!" cegah pedagang itu ketika melihat Abu Nawas bergegas akan pergi.
"Saya ingin mengatakan sesuatu kepada
tuan." Tuan ada sedikit pun rasa percaya bahwa sesuatu selain Allah itu
bisa mendatangkan kekayaan atau keberuntungan atau yang lainnya. Sebab, percaya
pada sesuatu selain Allah itu bisa membuat kita syirik dan mendapatkan
kesusahan baik di dunia maupun di akhirat kelak, buktinya sebagaiman tuan
alami. Oleh karena itu, segeralah bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala
sebelum semuanya terlambat. Sebab, bagaimana pun juga syirik seperti ini jarang
sekali bisa kita sadari, kecuali hanya hamba-hamba Allah yang selalu berserah
diri kepada-Nya."
Mendengar penuturan seperti itu, Abu Nawas baru menyadari
kesalahannya. Ternyata banyak sekali hal-hal yang bisa membawa kepada perbuatan
yang dimurkai Allah. Mulai saat itulah ia sangat berhati-hati kepada hal-hal
yang (kadang-kadang tanpa disadari) akan menjerumuskan kita pada perbuatan
syirik terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
0 comments:
Posting Komentar